Selasa, 15 November 2011

TUKANG SOL

M egitulah dia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol. Pagi buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan istrinya yang berharap, nanti sore hari mang Udin membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri jalan sambil berteriak menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.

Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak dia hiraukan.

Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.

“Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?” kata mang Udin memulai percakapan.

“Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Soleh.

“Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.” kata mang Udin memelas.

“Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”

“Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit kesal.

“Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.

“Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur.

“Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat pikulannya.

Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah “mampir” ke tempat shalat.

“Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.”

Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata letak masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut.

Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,

“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.”

Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata,

“Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya.”

“Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum.

“Abang yakin?”

“Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan.

“Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh harap.

“Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk berpisah.

Keesokan harinya, mereka bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa.

“Apa kabar mang Udin?”

“Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata mang Udin setengah menyalahkan.

Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata,

“Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah.”

“Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran.

“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang lagi.

Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda. Mang Udin yang berhari-hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan lagi,

“Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum. Apa saran abang tidak cocok untuk saya?”

“Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum kuat atas pertolongan Allah. Coba renungkan, sejauh mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?” jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum.

Mang Udin cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia “hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh bang Soleh.

“Bagaimana supaya yakin bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar.

Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan.

“Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang Soleh.

“Tidak.”

“Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin dapat rezeki bisa makan bersama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak menyangka Allah akan menolong kita, karena kita sebenarnya tidak berharap. Kita tidak berharap, karena kita tidak yakin.”

Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum.

“OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya yakin. Allah sebenarnya sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih abang.” kata mang Udin, matanya terlihat berkaca-kaca.

“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan bersyukur kepada Allah.”

Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimist bahwa hidup akan lebih baik.
Bang Udin, b

Keajaiban Shadaqah

Keajaiban  Shadaqah
Secara bahasa (etimologi), Shadaqah berasal dari kata صدق (benar), orang yang bershadaqah adalah orang yang benar imannya à الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ {الحديث}.
Infaq dan shadaqah mempunyai makna mengeluarkan harta untuk kepentingan-kepentingan yang diperintahkan Allah SWT di luar zakat. Shadaqah kadangkala dipergunakan untuk sesuatu yang bersifat non materi.
 Urgensi dari shadaqah itu adalah
  1. Sebagai perwujudan dari keimanan kepada Allah SWT dan keyakinan akan kebenaran ajaran-Nya. (QS. 9:5, QS. 9:11)
  2. Perwujudan syukur nikmat, terutama nikmat benda. (QS. 93:11, QS. 14:7)
  3. Meminimalisir sifat kikir, materialistik, egoistik dan hanya mementingkan diri sendiri. Sifat bakhil adalah sifat yang tercela yang akan menjauhkan manusia dari rahmat Allah SWT. (QS. 4:37).
Diantara keutamaan sadhaqah yang lainnya  yaitu diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari hadis Ibnu Mas'ud r.a. Dia berkata, "Rasulullah saw. pernah bertanya, 'Siapakah di antara kalian yang harta ahli warisnya lebih ia cintai daripada hartanya sendiri'?" Mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, tidaklah ada seseorang di antara kami melainkan hartanya lebih dia cintai." Beliau saw. bersabda, "Sesungguhnya hartanya adalah yang lebih dahulu ada, dan harta ahli warisnya yang di kemudian hari (harta yang masih tersimpan)."
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, Barang siapa shadaqah.  senilai sebuah kurma dari mata pencaharian yang baik, dan tidak ada yang sampai kepada Allah kecuali yang baik, maka Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya, kemudian Dia mengembangkannya sebagaimana salah seorang di antara kalian mengembangkan ternaknya, hingga sedekah itu menjadi seperti gunung." (HR Bukhari, Muslim, Tirmizi, Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad).

"Sesungguhnya shadaqah.  itu benar-benar memadamkan kemurkaan Rab dan menjaga dari kematian yang buruk." (HR Tirmizi dan Ibnu Hibban).
"Keluarkanlah shadaqah., karena shadaqah.  itu membebaskan dari neraka." (HR Ath-Thabari).
Dari Buraidah r.a., dia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Tidaklah seseorang mengeluarkan shadaqah.  walaupun sedikit hingga dia dibebaskan dari kutukan tujuh puluh setan'." (HR Ibnu Khuzaimah di dalam Shahihnya, Al-Hakim, Ahmad, dan Al-Bazzar).

Dalam riwayat Muslim disebutkan dari hadis Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw., beliau bersabda, "shadaqah itu tidak membuat harta berkurang." (HR Muslim, At-Tirmizi, dan Ahmad).

Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa orang-orang menyembelih seekor domba. Lalu beliau bertanya, "Apa yang masih menyisa dari bagian domba itu?"
Aisyah menjawab, "Tidak ada yang menyisa selain tulang bahunya."
Beliau bersabda, "Semuanya masih menyisa kecuali tulang bahunya." (HR At-Tirmizi, yang menurutnya adalah hadis sahih).

Tentang adab-adab sadhaqah.  sama dengan adab-adab zakat. Para ulama berbeda pendapat tentang mana yang lebih baik bagi orang fakir, menerima dari zakat ataukah dari shadaqah. Ada yang berpendapat bahwa lebih baik baginya menerima dari zakat dan sebagian yang lain berpendapat lebih baik menerima dari shadaqah..

Tentang shadaqah yang lebih utama, maka telah diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, "Rasulullah saw. pernah ditanya, 'Apakah shadaqah.  yang paling utama?' Beliau menjawab, "Hendaklah engkau mengeluarkan shadaqah.  ketika engkau dalam keadaan sehat kikir, takut kefakiran, dan sedang mengharap-harapkan kekayaan, dan janganlah menunda-nunda hingga ketika nyawa sudah sampai ke tenggorokan, engkau berkata, 'Fulan mendapat sekian, Fulan mendapat sekian.' Padahal harta itu memang milik Fulan." (HR Bukhari dan Muslim).
“Rasulullah Saw. bersabda: “Orang yang pemurah itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekah dengan syurga, dan jauh dari neraka. Dan orang yang bakhil itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari syurga, dan dekat dengan neraka. Orang yang jahil (bodoh) tapi pemurah, itu lebih dicintai Allah daripada ahli ibadah tapi bakhil”. (HR. Turmudzi).
Setiap pagi di pintu rumah kita ada Malaikat yang mendo’akan:
اللّهمّ ائْتِ مُنْفِقاً خَلَفاً وَائْتِ مُمْسِكاً تَلَفاً.
“Rasulullah Saw. bersabda: “Ya Allah berilah orang yang berinfaq itu pengganti, dan orang yang menahan diri (dari berzakat/berinfaq) kehancuran”.
“Rasulullah Saw. bersabda: “Bersihkanlah hartamu dengan zakat, dan obatilah sakit kalian dengan bershadaqah, dan tolaklah olehmu bencana-bencana itu dengan do’a". (HR. Khatib dari Ibnu Mas’ud).
“Rasulullah Saw. bersabda: “Bertaqwalah kalian kepada Allah, kerjakanlah shalat lima waktu, berpuasalah di bulan Ramadhan, dan keluarkanlah zakat pada harta bendamu, untuk kebaikan bagi dirimu dan ikutilah perintah pemimpinmu (yang membawa kepada kebaikan) niscaya Allah SWT akan memasukkan kamu ke dalam syurga-Nya”. (HR. Hakim dari Abi Umamah).
“Rasulullah Saw. bersabda: “Sikap rendah hati itu hanya akan menambah seseorang makin menjadi mulia, maka dari itu berlaku rendah hatilah kalian, niscaya Allah SWT akan memuliakanmu. Sikap pemaaf hanya akan menambah seseorang makin mulia, oleh karena itu banyak maaflah kalian, niscaya Allah SWT akan memuliakanmu. Dan amal shadaqah itu hanyalah akan menambah seseorang makin banyak hartanya, maka bersadaqahlah  kalian, niscaya Allah SWT akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian”. (HR. Ibnu Abu Dunya).

“Rasulullah Saw. bersabda: “Dengki itu bisa menghabiskan kebaikan, sebagaimana api membakar kayu; shadaqah itu dapat menghapuskan kesalahan, sebagaimana air dapat memadamkan api; shalat itu adalah cahaya orang yang beriman, dan puasa adalah perisai dari siksa api neraka”. (HR. Ibnu Majah).
“Rasulullah Saw. bersabda: “Engkau akan melihat orang-orang yang beriman dalam kasih sayang mereka, dalam kecintaan mereka dan dalam keakraban mereka antar sesamanya adalah bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggotanya merasakan sakit, maka sakitnya itu akan merembet ke seluruh tubuhnya, sehingga (semua anggota tubuhnya) merasa sakit, dan merasakan demam (karenanya)”. (HR. Bukhari).
"Sabda Rasul : " Sesungguhnya Allah tidak akan menerima shadaqah yang ada unsur tipu daya". (H.R. Muslim).
Ajaran shadaqah sesungguhnya mendorong kaum muslimin untuk memiliki etos kerja dan usaha yang tinggi, sehingga memiliki harta kekayaan yang disamping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya juga bisa memberi kepada orang yang berhak menerimanya.Selain itu
Dalam Hal Shadaqah, quality adalah lebih baik daripada quantity. Ber-Sedekah satu dolar bisa jadi lebih baik dari pada ber-Sedekah seratus-ribu dollar. Jika seseorang hanya memiliki dua dollar kemudian disedekahkannya satu dollar maka Sedekah tersebut adalah lebih baik dari pada Sedekah dari seseorang Billioner tetapi hanya mensedekahkan seratus ribu dollar.

 Janganlah kita menunggu kaya raya atau hidup berlebih untuk bersedekah, karena hal tersebut adalah bisikan Setan belaka. Terlebih lagi, jangan sampai kita menunggu sampai ruh kita berada di tenggorakan, karena pada saat itu Harta kita sudah dipastikan bukan milik kita lagi tetapi sudah menjadi milik Ahli Waris kita.
Balasan bagi amil yang amanah :
  1. Akan mendapatkan rahmat dan pertolongan Allah swt
  2. Akan menjadi amal shaleh yang bernilai abadi di hadapan Allah swt
  3. Menolong dan memudahkan urusan orang lain akan dimudahkan urusannya oleh Allah swt
  4. Berusaha meningkatkan kesejahteraan hidup orang-orang lemah, akan ditolong dan dimudahkan rezekinya oleh Allah swt
Ancaman Allah untuk orang yang pelit : “..Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (QS At Taubah : 34-35)
Rasulullah SAW menggambarkan pada awal penjelasannya tentang shadaqah bahwa setiap tasbih, tahlil dan tahmid adalah shadaqah. Olah karenanya mereka 'diminta' untuk memperbanyak tasbih, tahlil dan tahmid atau bahkan dzikir-dzikir lainnya. Karena semua dzikir tersebut akan bernilai ibadah disisi Allah SWT. Dalam riwayat lain digambarkan:
Dari Aisyah RA bahwasanya Rasulullah SAW berkata:
"Bahwasanya diciptakan dari setiap anak cucu Adam 360 persendian. Maka barang siapa yang bertakbir, bertahmid, bertasbih, beristighfar, menyingkirkan batu, duri atau tulang dari jalan, amar ma'ruf nahi munkar, maka akan dihitung sejumlah 360 persendian. Dan ia sedang berjalan pada hari itu, sedangkan ia dibebaskan dirinya dari api neraka. (HR.Muslim)
Setelah disebutkan bahwa dzikir merupakan shadaqah. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa amar ma'ruf nahi munkar juga merupakan shadaqah. Karena untuk merealisasikan amar ma'ruf nahi munkar, seseorang perlu mengeluarkan tenaga, fikiran, waktu dan perasaannya. Dan semua hal tersebut dihitung sebagai shadaqah. Bahkan jika dicermati secara mendalam, umat ini mendapat julukan 'khairu ummah', karena memiliki misi amar ma'ruf nahi munkar. Dalam sebuah ayat-Nya Allah SWT berfirman:
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS.3 Ali Imran:110)

Rasulullah bahkan menggambarkan bahwa hubungan suami istri merupakan shadaqah. Satu pandangan yang cukup asing di telinga para sahabatnya, hingga mereka bertanya:
"Apakah salah seorang diantara kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan shadaqah?"
Kemudian dengan bijak Rasulullah SAW menjawab:
"Apa pendapatmu jika ia melampiaskannya pada tempat yang haram, apakah ia mendapatkan dosa? Maka demikian pula jika ia melampiaskannya pada yang halal, ia akan mendapat pahala".
Dari sinilah para sahabat baru menyadari bahwa makna shadaqah sangatlah luas. Bahwa segala bentuk aktivitas yang dilakukan seorang insan dan diniatkan ikhlas karena Allah, serta tidak melanggar syariah-Nya, maka itu akan terhitung sebagai shadaqah. Selain bentuk-bentuk diatas yang digambarkan Rasulullah SAW yang dikategorikan sebagai shadaqah, masih terdapat nash-nash hadist lainnya yang menggambarkan bahwa hal tersebut merupakan shadaqah.
Bekerja dan Memberi Nafkah Pada Sanak Keluarganya
Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadist:
Dari Al-Miqdan bin Ma'dikarib Al-Zubaidi RA, Rasulullah SAW berkata:
"Tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia yang dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri, keluarga, anak dan pembantunya melainkan akan menjadi shadaqah. (HR.Ibnu Majah)"
Membantu Urusan Orang Lain
Dari Abdillah bin Qais bin Salim Al-Madani bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Setiap muslim harus sedekah". Salah seorang sahabat bertanya: "Bagaimana pendapatmu, wahai Rasulullah, jika ia tidak mendapatkan (harta yang dapat disedekahkan)" Rasulullah SAW bersabda: "Bekerja dengan tangannya sendiri kemudian ia memanfaatkannya untuk dirinya dan bersedekah" Salah seorang sahabat bertanya: "Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "Menolong orang yang membutuhkan lagi teraniaya" Salah seorang sahabat bertanya: "Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "Mengajak pada yang ma'ruf atau kebaikan". Salah seorang sahabat bertanya: "Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah SAW?" Beliau bersabda: "Menahan diri dari perbuatan buruk, itu merupakan shadaqah. (HR.Muslim)"


Sumber:
Diadaptasi dari Mukhtasyar Minhajul Qashidin, Al-Imam asy-Syekh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisy
Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Disusun oleh : Drs.H. Syafriadis jafar

Kisah nyata orang yang bersshadaqah

Bro sekalian, kisah nyata ini diterima tmcblog di awal pekan ini . . . jadi begini bro tersebutlah salah seorang Manager sebuah Perusahaan Kecil. Dua pekan sebelum Hari raYa Iedul fitri 2011 Ia dan seluruh karyawan perusahaan memperoleh Tunjangan Hari raya dari kantornya. Namun Ia bertekat seluruh uang THR nya itu akan di berikan ke Panitia Amil Zakat Kerena dia pikir gajinya yang akan diperoleh akhir bulan nanti cukuplah untuk biaya hidup saat dan pasca Lebaran nanti, namun sebelumnya ia harus berbicara dulu pada sang istri tercinta. Singkat cerita sang istri pun diberitahu Niatnya tersebut.

Walaupun sang istri mengiyakan maksud sang suami . . . Sang suami pun sebenarnya Tahu bahwa sebenarnya bahasa tubuh sang istri yang telah menemaninya bertahun tahun ada sedikit perasaan kaget dan mungkin tidak terima jika 100% uang THR tersebut diserahkan Ke badan Amil Zakat. Namun sepertinya sang istri telah pasrah, ia tahu yang dilakukan suaminya adalah yang terbaik dan dia yakin suaminya sudah memiliki visi mengenai keuangan saat dan pasca lebaran nanti. Tekatpun bulat . . . 100% persen uang THR akan diserahkan semua ke badan amil zakat !!

Bro sekalian , Empat Hari berselang . . . sang Manager mendapat Telfon langsung dari Atasannya, dalam pembicaraan telefon sang Atasan menanyakan perihal jalannya divisi yang di amanahkan kepada sang manager . ..  sang manager pun menjelaskan apa adanya progres teknis divisi yang ia pimpin . . . dan sesuatu yang tidak diduga . . . di akhir pembicaraan telefon, sang Atasan bilang bahwa Ia berhak memperoleh tunjangan operasional yang nilainya hampir 3 kali lipat dari jumlah THR yang ia niatkan untuk dikelola badan amil zakat . . . tubuh sang managerpun merinding seketika setelah atasannya menutup pembicaraan telefon tersebut . . . tak henti hentinya ia berucap tasbih dan tahmid, seakan tak percaya . . . jawaban Sang Khaliq yang maha Kaya begitu cepat . . . bahkan disaat niat tersebut belum tuntas 100% ia lakukan . . . subhanallah, itu baru jawaban di dunia bro . . . kayak apa jawaban di akhirat coba? hmmm . . . semoga berguna

Senin, 31 Oktober 2011

SURAT BERDARAH UNTUK PRESIDEN

SURABAYA, KOMPAS.com — Sebuah buku berjudul Surat Berdarah untuk Presiden karya seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Hongkong, Jala Dara, dikirim kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Gubernur Jatim Soekarwo. Buku itu merupakan kumpulan surat keluh kesah TKI yang hidup di negeri orang yang jauh dari perlindungan hukum negara asal.

Karena hari itu tidak dapat menemui Gubernur Soekarwo, buku yang dikirim LSM Migrant Institute itu terpaksa dititipkan kepada seorang petugas di Kantor Gubernur Jatim di Jalan Pahlawan Surabaya, Jumat (1/7/2011).

Buku setebal 500 halaman itu berisi 30 tulisan keluh kesah TKI di luar negeri yang menderita karena tekanan majikan. "Saat mereka tertekan, mereka tidak dapat berbuat apa-apa selain menulis surat," kata Direktur Program Migrant Institute, Ali Yasin.

Salah satu tulisan di buku itu mengisahkan seorang TKI asal Kediri, Rosminah (20), yang meninggal karena digigit anjing majikannya setelah tiga hari dihukum tanpa makan dan minum. Selain kisah Rosminah, banyak kisah lain seperti TKW korban pemerkosaan majikan, korban pemerasan oknum di bandara, serta korban penipuan PJTKI.

Ali berharap, melalui buku itu, setidaknya Presiden SBY dapat merasakan penderitaan TKI di luar negeri yang jauh dari perlindungan pemerintah negara asal. "Kami hanya ingin menunjukkan bahwa permasalahan TKI di luar negeri tidak dapat diselesaikan dengan hanya mengirim satgas, masalah TKI harus langsung ditangani Kepala Negara," katanya.

Selain buku Surat Berdarah untuk Presiden, LSM yang fokus pada perlindungan dan pemberdayaan buruh migran itu juga menitipkan buku berjudul Kepada yang Terhormat Presiden RI karya seorang novelis, Pipit Senja. Buku itu juga mengisahkan cerita TKI di luar negeri, tetapi dengan bahasa sastra yang sangat dominan.
Metrotvnews.com, Surabaya: Sebuah buku berjudul "Surat Berdarah untuk Presiden" menulis berbagai cerita duka dan penderitaan tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Buku itu diharapkan dapat menggugah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengetahui nasib para TKI di luar negeri.

 Buku berisi lebih dari 30 surat TKI diluncurkan di Surabaya, Jawa Timur. Isinya tentang kepiluan para pekerja Indonesia di beberapa negara. Seperti di Macau, Hong Kong, dan Taiwan.

 Satu di antaranya bertutur kisah miris seorang TKI asal Kediri, Jawa Timur, yang bernama Rosminah (27). Rosminah mengaku terpaksa bekerja ke luar negeri untuk menopang ekonomi keluarga. Ia berharap bisa mengais rezeki dengan menerima tawaran kerja di Hong Kong.

 Siapa sangka, Minah, panggilan Rosminah, dipekerjakan sebagai pengurus anjing milik majikannya. Setiap hari ia mengurusi lima anjing jenis herder, mulai dari kebersihan hingga makanan.

 Suatu hari, seekor anjing sakit. Majikan marah dan menyalahkan Minah. Majikan lalu melarang Minah makan selama tiga hari sebagai hukuman.

 Minah menurut. Di hari pertama, ia masih bisa menahan rasa lapar. Hari kedua, aroma makanan anjing menggoda rasa laparnya. Ia hanya berani mencium aroma tersebut. Pada hari ketiga, Minah tak mampu lagi berkompromi dengan perutnya. Ia pun menyantap makanan anjing tanpa sepengetahuan sang majikan.

 Malang nasib Minah, anjing-anjing kelaparan di malam hari. Rosminah ternyata lupa memberi makan. Anjing-anjing itu lalu mendatangi Minah yang tengah terlelap. Anjing-anjing mencium aroma makanan pada tangan wanita tersebut.

 Dikira makanan, anjing-anjing lalu mengigit dan menggerogoti tangan Minah. Perempuan itu pun mati akibat gigitan hewan peliharaan sang majikan.(RRN)

Sabtu, 27 Agustus 2011

HIKMAH ISRAK MIKRAJ


Hikmah Isra' Mi'raj
Sekarang kita telah memasuki separo lebih bulan rojab dimana pada akhir bulan ini kita sebagai seorang muslim telah diingatkan kembali sebuah peristiwa besar dalam sejarah umat islam. Sebuah peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah hidup (siirah) Rasulullah SAW yaitu peristiwa diperjalankannya beliau (isra) dari Masjid al Haram di Makkah menuju Masjid al Aqsa di Jerusalem, lalu dilanjutkan dengan perjalanan vertikal (mi'raj) dari Qubbah As Sakhrah menuju ke Sidrat al Muntaha (akhir penggapaian). Peristiwa ini terjadi antara 16-12 bulan sebelum Rasulullah SAW diperintahkan untuk melakukan hijrah ke Yatsrib (Madinah).
Allah SWT mengisahkan peristiwa agung ini di S. Al Isra (dikenal juga dengan S. Bani Israil) ayat pertama:  سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير

Artinya; Maha Suci Allah Yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu (potongan) malam dari masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat".

Lalu apa pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan Isra wal Mi'raj ini? Barangkali catatan ringan berikut dapat memotivasi kita untuk lebih jauh dan sungguh-sungguh menangkap pelajaran yang seharusnya kita tangkap dari perjalanan agung tersebut:
Pertama: Konteks situasi terjadinya

Kita kenal, Isra' wal Mi'raj terjadi sekitar setahun sebelum Hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah (Yatsrib ketika itu). Ketika itu, Rasulullah SAW dalam situasi yang sangat "sumpek", seolah tiada celah harapan masa depan bagi agama ini. Selang beberapa masa sebelumnya, isteri tercinta Khadijah r.a. dan paman yang menjadi dinding kasat dari penjuangan meninggal dunia. Sementara tekanan fisik maunpun psikologis kafir Qurays terhadap perjuangan semakin berat. Rasulullah seolah kehilangan pegangan, kehilangan arah, dan kini pandangan itu berkunang-kunang tiada jelas.

Dalam sitausi seperti inilah, rupanya "rahmah" Allah meliputi segalanya, mengalahkan dan menundukkan segala sesuatunya. "warahamatii wasi'at kulla syaei", demikian Allah deklarasikan dalam KitabNya. Beliau di suatu malam yang merintih kepedihan, mengenang kegetiran dan kepahitan langkah perjuangan, tiba-tiba diajak oleh Pemilik kesenangan dan kegetiran untuk "berjalan-jalan" (saraa) menelusuri napak tilas "perjuangan" para pejuang sebelumnya (para nabi). Bahkan dibawah serta melihat langsung kebesaran singgasana Ilahiyah di "Sidratul Muntaha". Sungguh sebuah "penyejuk" yang menyiram keganasan kobaran api permusuhan kaum kafir. Dan kinilah masanya bagi Rasulullah SAW untuk kembali "menenangkan" jiwa, mempermantap tekad menyingsingkan lengan baju untuk melangkah menuju ke depan.

Artinya, bahwa kita adalah "rasul-rasul" Rasulullah SAW dalam melanjutkan perjuangan ini. Betapa terkadang, di tengah perjalanan kita temukan tantangan dan penentangan yang menyesakkan dada, bahkan mengaburkan pandangan objektif dalam melangkahkan kaki ke arah tujuan. Jikalau hal ini terjadi, maka tetaplah yakin, Allah akan meraih tangan kita, mengajak kita kepada sebuah "perjalanan" yang menyejukkan. "Allahu Waliyyulladziina aamanu" (Sungguh Allah itu adalah Wali-nya mereka yang betul-betul beriman". Wali yang bertanggung jawab memenuhi segala keperluan dan kebutuhan. Kesumpekan dan kesempitan sebagai akibat dari penentangan dan rintangan mereka yang tidak senang dengan kebenaran, akan diselesaikan dengan cara da metode yang Hanya Allah yang tahu. Yang terpenting bagi seorang pejuang adalah, maju tak gentar, sekali mendayung pantang mundur, konsistensi memang harus menjadi karakter dasar bagi seorang pejuang di jalanNya. "Wa laa taeasuu min rahmatillah" (jangan sekali-kali berputus asa dari rahmat Allah).
Kedua: Pensucian Hati

Disebutkan bahwa sebelum di bawa oleh Jibril, beliau dibaringkan lalu dibelah dadanya, kemudian hatinya dibersihkan dengan air zamzam. Apakah hati Rasulullah kotor? Pernahkan Rasulullah SAW berbuat dosa? Apakah Rasulullah punya penyakit "dendam", dengki, iri hati, atau berbagai penyakit hati lainnya? Tidak…sungguh mati…tidak. Beliau hamba yang "ma'shuum" (terjaga dari berbuat dosa). Lalu apa signifikasi dari pensucian hatinya?

Rasulullah adalah sosok "uswah", pribadi yang hadir di tengah-tengah umat sebagai, tidak saja "muballigh" (penyampai), melainkan sosok pribadi unggulan yang harus menjadi "percontohan" bagi semua yang mengaku pengikutnya. "Laqad kaana lakum fi Rasulillahi uswah hasanah".

Memang betul, sebelum melakukan perjalanannya, haruslah dibersihkan hatinya. Sungguh, kita semua sedang dalam perjalanan. Perjalanan "suci" yang seharusnya dibangun dalam suasa "kefitrahan". Berjalan dariNya dan juga menuju kepadaNya. Dalam perjalanan ini, diperlukan lentera, cahaya, atau petunjuk agar selamat menempuhnya. Dan hati yang intinya sebagai "nurani", itulah lentera perjalanan hidup.

Cahaya ini berpusat pada hati seseorang yang ternyata juga dilengkapi oleh gesekan-gesekan "karat" kehidupan (fa alhamaha fujuuraha). Semakin kuat gesekan karat, semakin jauh pula dari warna yang sesungguhnya (taqawaaha). Dan oleh karenanya, di setiap saat dan kesempatan, diperlukan pembersihan, diperlukan air zamzam untuk membasuh kotoran-kotoran hati yang melengket. Hanya dengan itu, hati akan bersinar tajam menerangi kegelapan hidup. Dan sungguh hati inilah yang kemudian "penentu" baik atau tidaknya seseorang pemilik hati.

ألا إن في الجسد مضغة، إذا صلحت صلحت سير عمله، وإذا فسدت فسدت سير عمله.

Disebutkan bahwa hati manusia awalnya putih bersih. Ia ibarat kertas putih dengan tiada noda sedikitpun. Namun karena manusia, setiap kali melakukan dosa-dosa setiap kali pula terjatuh noda hitam pada hati, yang pada akhirnya menjadikannya hitam pekat. Kalaulah saja, manusia yang hatinya hitam pekat tersebut tidak sadar dan bahkan menambah dosa dan noda, maka akhirnya Allah akan akan membalik hati tersebut. Hati yang terbalik inilah yang kemudian hanya bisa disadarkan oleh api neraka. "Khatamallahu 'alaa quluubihim".

Di Al Qur'an sendiri, Allah berfirman"  قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

Artinya: Sungguh beruntung siapa yang mensucikannya, dan sungguh buntunglah siapa yang mengotorinya". Maka sungguh perjalanan ini hanya akan bisa menuju "ilahi" dengan senantiasa membersihkan jiwa dan hati kita, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah sebelum perjalanan sucinya tersebut.
Ketiga: Memilih Susu - Menolak Khamar

Ketika ditawari dua pilihan minuman, dengan sigap Rasulullah mengambil gelas yang berisikan susu. Minuman halal dan penuh menfaat bagi kesehatan. Minuman yang berkalsium tinggi, menguatkan tulang belulang. Rasulullah menolak khamar, minuman yang menginjak-nginjak akal, menurunkan tingkat inteletualitas ke dasar yang paling rendah. Sungguh memang pilihan yang tepat, karena pilihan ini adalah pilihan fitri "suci".

Dengan bekal jiwa yang telah dibersihkan tadi, Rasulullah memang melanjutkan perjalanannya. Di tengah perjalanan, hanya memang ada dua alternatif di hadapan kita. Kebaikan dan keburukan. Kebaikan akan selalu identik dengan manfaat, sementara keburukan akan selalu identik dengan kerugian. Seseorang yang hatinya suci, bersih dari kuman dosa dan noda kezaliman, akan sensitif untuk menerima selalu menerima yang benar dan menolak yang salah. Bahkan hati yang bersih tadi akan merasakan "ketidak senangan" terhadap setiap kemungkaran. Lebih jauh lagi, pemiliknya akan memerangi setiap kemungkaran dengan segala daya yang dimilikinya.

Dalam hidup ini seringkali kita diperhadapkan kepada pilihan-pilihan yang samar. Fitra menjadi acuan, lentera, pedoman dalam mengayuh bahtera kehidupan menuju tujuan akhir kita (akhirat). Dan oleh karenanya, jika kita dalam melakukan pilihan-pilihan dalam hidup ini, ternyata kita seringkali terperangkap kepada pilihan-pilihan yang salah, buruk lagi merugikan, maka yakinlah itu disebabkan oleh tumpulnya firtah insaniyah kita. Agaknya dalam situasi seperti ini, diperlukan asahan untuk mempertajam kembali fitrah Ilahiyah yang bersemayam dalam diri setiap insan.
Keempat: Imam Shalat Berjama'ah

Shalat adalah bentuk peribadatan tertinggi seorang Muslim, sekaligus merupakan simbol ketaatan totalitas kepadaYang Maha Pencipta. Pada shalatlah terkumpul berbagai hikmah dan makna. Shalat menjadi simbol ketaatan total dan kebaikan universal yang seorang Muslim senantiasa menjadi tujuan hidupnya.

Maka ketika Rasulullah memimpin shalat berjama'ah, dan tidak tanggung-tanggung ma'mumnya adalah para anbiyaa (nabi-nabi), maka sungguh itu adalah suatu pengakuan kepemimpinan dari seluruh kaum yang ada. Memang jauh sebelumnya, Musa yang menjadi pemimpin sebuah umat besar pada masanya. Bahkan Ibrahim, Eyangnya banyak nabi dan Rasul, menerima menjadi Ma'mum Rasulullah SAW. Beliau menerima dengan rela hati, karena sadar bahwa Rasulullah memang memiliki kelebihan-kelebihan "leadership", walau secara senioritas beliaulah seharusnya menjadi Imam.

Kempimpinan dalam shalat berjama'ah sesungguhnya juga simbol kepemimpinan dalam segala skala kehidupan manusia. Allah menggambarkan sekaligus mengaitkan antara kepemimpinan shalat dan kebajikan secara menyeluruh: "Wahai orang-orang yang beriman, ruku'lah, sujudlah dan sembahlah Tuhanmu serta berbuat baiklah secara bersama-sama. Nisacaya dengan itu, kamu akan meraih keberuntungan". Dalam situasi seperti inilah, seorang Muhammad telah membuktikan bahwa dirinya adalah pemimpin bagi seluruh pemimpin umat lainnya.

Baghaimana dengan kita sebagai pengikut nabi muhammad dalam masalah ini? Masalahnya, umat Islam saat ini tidak memiliki kriteria tersebut. Kriteria "imaamah" atau kepemimpinan yang disebutkan dalam Al Qur'an masih menjadi "tanda tanya" besar pada kalangan umat ini. "Dan demikian kami jadikan di antara mereka pemimpin yang mengetahui urusan Kami, memiliki kesabaran dan ketangguhan jiwa, dan adalah mereka yakin terhadap ayat-ayat Kami".

Kita umat Islam, yang seharusnya menjadi pemimpin umat lainnya, ternyata memang menjadi salah satu pemimpin. Sayang kepemimpinan dunia Islam saat ini terbalik, bukan dalam shalat berjama'ah, bukan dalam kebaikan dan kemajuan dalam kehidupan manusia. Namun lebih banyak yang bersifat negatif.
Kelima: Kembali ke Bumi dengan Shalat

Perjalanan singkat yang penuh hikmah tersebut segera berakhir, dan dengan segera pula beliau kembali menuju alam kekiniannya. Rasulullah sungguh sadar bahwa betapapun ni'matnya berhadapan langsung dengan Yang Maha Kuasa di suatu tempat yang agung nan suci, betapa ni'mat menyaksikan dan mengelilingi syurga, tapi kenyataannya beliau memiliki tanggung jawab duniawi. Untuk itu, semua kesenangan dan keni'matan yang dirasakan malam itu, harus ditinggalkan untuk kembali ke dunia beliau melanjutkan amanah perjuangan yang masih harus diembannya.

Inilah sikap seorang Muslim. Kita dituntut untuk turun ke bumi ini dengan membawa bekal shalat yang kokoh. Shalat berintikan "dzikir", dan karenanya dengan bekal dzikir inilah kita melanjutkan ayunan langkah kaki menelusuri lorong-lorong kehidupan menuju kepada ridhaNya. "Wadzkurullaha katsiira" (dan ingatlah kepada Allah banyak-banyak), pesan Allah kepada kita di saat kita bertebaran mencari "fadhalNya" dipermukaan bumi ini. Persis seperti Rasulullah SAW membawa bekal shalat 5 waktu berjalan kembali menuju bumi setelah melakukan serangkaian perjalanan suci ke atas (Mi'raj).